
Jerman – Tahun 2024 mencatat lonjakan tajam dalam kasus Islamofobia di Jerman, mengungkapkan ketegangan sosial yang semakin memuncak dan kebencian yang meluas terhadap umat Islam. Data dari Aliansi Jerman Melawan Islamofobia (CLAIM) menunjukkan lebih dari 1.900 insiden kebencian terhadap Muslim pada 2023, dua kali lipat lebih banyak dari tahun sebelumnya. Serangan verbal, diskriminasi, ancaman fisik, dan kekerasan menjadi rutinitas, menjadikan komunitas Muslim di Jerman sasaran utama kebencian. Tak hanya individu, bahkan tempat ibadah Muslim, seperti masjid, juga diserang dalam hampir 90 insiden.
Peningkatan ini semakin terasa setelah konflik Israel-Hamas pada Oktober 2023, yang semakin memanaskan sentimen anti-Muslim di seluruh Eropa, termasuk Jerman. Angka-angka ini diperkirakan hanya mencerminkan sebagian kecil dari kenyataan, mengingat banyak kasus yang tidak tercatat atau tidak dilaporkan. Jerman, yang selama ini bangga dengan multikulturalisme dan kebebasan beragama, kini menghadapi ancaman serius terhadap nilai-nilai toleransi sosial yang telah lama dijunjung tinggi.
Pemerintah Jerman, melalui juru bicara Steffen Hebestreit, berulang kali menegaskan bahwa serangan terhadap umat Islam atau agama lain harus dihentikan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa upaya tersebut belum cukup efektif dalam meredam kebencian dan diskriminasi yang semakin meluas. Kasus Islamofobia yang terus meningkat menggarisbawahi urgensi dialog antaragama dan pendidikan anti-diskriminasi, serta langkah konkret untuk mengembalikan keharmonisan di tengah ketegangan sosial yang kian menguat. Jika tidak segera ditangani, kebencian akan semakin mengakar dalam kehidupan sehari-hari, merusak fondasi toleransi yang dibanggakan Jerman.