Israel Paksa Tahanan Palestina Kenakan Pakaian dengan Simbol Penindasan, Perbandingan Perlakuan terhadap Tahanan

Share link

Pada Ahad (16/02/2025), penjajah ‘Israel’ kembali menunjukkan kekejamannya dengan memaksa tahanan Palestina, yang akan dibebaskan dalam pertukaran tahanan, untuk mengenakan pakaian bertuliskan simbol Yahudi (Bintang Daud) dan kalimat provokatif, “Kami tidak akan memaafkan, kami tidak akan melupakan.” Tindakan ini semakin memperlihatkan bentuk penghinaan terhadap para tahanan yang telah bertahun-tahun mengalami penyiksaan dan pelecehan di dalam penjara Zionis tanpa dakwaan atau pengadilan yang adil.

Foto-foto yang beredar memperlihatkan kondisi memilukan, di mana para tahanan Palestina terlihat berlutut sebagai bentuk penghinaan lebih lanjut setelah bertahun-tahun menahan penderitaan yang tak berkesudahan. Mereka sering kali tidak diberi kesempatan untuk membela diri, menjadikan mereka lebih sebagai sandera politik daripada tahanan yang diperlakukan sesuai hukum internasional. Perlakuan seperti ini semakin mengungkapkan kebiadaban penjajah yang terus menindas dengan cara-cara yang melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan.

Beberapa tahanan yang akhirnya dibebaskan menceritakan kesaksian mengerikan mengenai perlakuan yang mereka alami selama masa tahanan. Mereka menyebutkan penderitaan ekstrem akibat kelaparan, pemukulan brutal, dan berbagai bentuk pelecehan sistematis yang dirancang untuk menghancurkan mental dan fisik mereka. Selain mengambil kebebasan fisik mereka, penjajahan ‘Israel’ berusaha menghancurkan martabat dan harapan para tahanan.

Sebaliknya, perlawanan Palestina menunjukkan perbedaan yang mencolok dalam perlakuan terhadap tahanan. Setiap warga ‘Israel’ yang dibebaskan dalam pertukaran selalu diperlakukan dengan penuh martabat dan tanpa penyiksaan. Bahkan, kelompok perlawanan Palestina menunjukkan sikap penuh hormat dengan memberikan hadiah sebagai simbol penghormatan kepada hak asasi manusia. Dalam pertukaran terakhir, perlawanan Palestina memberikan liontin emas kepada Sagui Dekel-Chen, seorang tahanan ‘Israel’, untuk putrinya yang lahir empat bulan setelah ia ditawan—sebuah gestur yang menunjukkan bahwa meskipun berada di tengah-tengah konflik, nilai-nilai kemanusiaan tetap dijunjung tinggi.

Selain itu, para tahanan ‘Israel’ yang dibebaskan juga diberikan kesempatan untuk berbicara bebas kepada media dan berinteraksi dengan warga Palestina selama pemindahan. Berbeda dengan perlakuan kejam yang diterima oleh tahanan Palestina, para tahanan ‘Israel’ tidak terlihat mengalami trauma fisik maupun mental akibat penyiksaan. Perlawanan Palestina secara konsisten mendokumentasikan perlakuan bermartabat mereka terhadap tahanan ‘Israel’, membuktikan bahwa perjuangan mereka bukan hanya perang fisik, melainkan juga perlawanan moral terhadap kezaliman.

Baru-baru ini, Saraya al-Quds merilis rekaman yang memperlihatkan Alexander Turbanov, seorang tahanan ‘Israel’, sedang memancing di dalam penjara. Rekaman ini mengingatkan kita pada video Brigade Al-Qassam yang memperlihatkan Gilad Shalit, seorang prajurit Zionis yang ditawan, sedang menikmati barbekyu bersama para pejuang Palestina. Ini semakin menegaskan perbedaan perlakuan yang sangat mencolok terhadap para tahanan. Sementara pihak penjajah Zionis menanamkan penindasan sebagai strategi mereka, perlawanan Palestina tetap mempertahankan martabat manusia, bahkan terhadap musuh mereka.

Kondisi ini tidak luput dari perhatian dunia maya, di mana banyak pengguna media sosial menggarisbawahi perbedaan moral yang mencolok antara dua pihak yang terlibat dalam konflik ini. Satu pihak—penjajah Zionis—memperlihatkan kebrutalan dan penindasan sebagai alat mereka, sementara pihak lainnya—perlawanan Palestina—tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia, bahkan kepada lawan mereka. Fakta ini semakin memperjelas siapa yang sebenarnya menjadi pelaku kezaliman dan siapa yang mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan di tengah konflik yang penuh penderitaan.

Dunia harus membuka mata dan melihat kenyataan ini. Perlakuan berbeda terhadap tahanan mencerminkan sifat sejati masing-masing pihak: satu pihak mencerminkan kolonialisme yang kejam, sementara pihak lainnya mempertahankan kehormatan manusia meskipun dalam situasi perang. Sejarah akan mencatat perbedaan ini, dan kebenaran akan selalu menemukan jalannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *